Ada saat-saat saya benar-benar tidak bisa menahan kemarahan saya. Ada luapan yang tiba-tiba meledak right there and then. Meledak begitu hebat karena sebab yang sangat sepele sebenarnya, kalau dipikir-pikir. Sayangnya, ketika kemarahan itu meletus, saya tidak mampu berpikir. Baru saja saya meledak karena anak-anak saya habis main air di teras dan basah kuyup dan hanya mau dimandikan oleh saya. Saya sedang tenggelam dalam pekerjaan saya, sedang berayun dengan keasyikan saya bekerja. Rasanya jengkel sekali bahwa Bapake dengan senang hati memanggil saya memandikan mereka dengan alasan mereka hanya mau dimandikan oleh saya. Saya pun mandikan mereka, tapi dengan kemarahan yang meluap-luap. […]
The Beginning
Key. Post pertama saya tentang depresi. Ever. Saya pertama kali didiagnosa depresi tahun 2011 oleh seorang GP (general practitioner atau dokter umum) di suatu kota kecil di Inggris. Saya sedang menjalani post graduate study saya di sana. Being me, yes that I-will-reach-the-sky-higher-than-you-ever-dream-of me, memilih “rocket science” major di salah satu uni paling kompetitif di sana. And yeah I flunk massively. I failed some courses. Saya terancam tidak bisa melanjutkan studi dan tidak diperbolehkan melanjutkan ke tahap penulisan dissertation kalau saya tidak berhasil lulus minimal beberapa courses pada ujian ulangan (orang Inggris menyebutnya resit). Ketika itu saya mati-matian mempersiapkan diri untuk […]